Kalurahan Gilangharjo

Gilangharjo (16/4) Rajamala merupakan salah satu karakter dalam dunia wayang kulit klasik, khususnya di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sedikit tentang Rajamala, adalah putra angkat Resi Palasara, dari padepokan Retawu dengan Dewi Durgandini, Putri Prabu Basukesti raja negara Wirata. Ia tercipta dari mala penyakit Dewi Durgandini (Dewi Lara Amis) yang tertelan seekor ikan betina. Rajamala berwatak keras hati, berani, ingin selalu menangnya sendiri dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti, tidak bisa mati selama masih terkena air. Menurut ketentuan dewata, hanya ada lima orang satria yang dapat mengalahkan dan membunuh Rajamala, yaitu Resi Bisma, Adipati Karna, Kakrasana, Duryudana dan Werkudara. Rajamala akhirnya tewas dalam peperangan melawan Werkudara, yang waktu itu hidup menyamar dinegara Wirata dengan nama Jagalbilawa, sebagai tindakan Rajamala yang ingin menjamah Salidri nama samaran Dewi Drupadi.

Dari referensi tersebut, Jamhari, sebagai seniman seni rupa pahat, menggelar kegiatan Tata Sungging atau Pengcatan topeng karakter Rajamala, yang diselenggarakan di Sanggar Giri Gino Guno (Sanggar 3G) Kadekrowo RT 2 Gilangharjo yang diikuti oleh anak-anak dan remaja di wilayah tersebut.
Jamhari menyampaikan, "Kegiatan Tata Sungging Rajamala ini semata bukan hanya untuk kegiatan mewarnai, dalam dunia wayang adalah dunia yang penuh makna pada seluruh karakter yang ada, jika dilihat secara awam Rajamala adalah perwatakan yang negatif, namun jika dimaknai mendalam Rajamala adalah sosok yang teguh dalam menjalankan takdirnya sebagai seorang Raseksi yang tidak mengeluhkan takdirnya. Dia menjalani kehidupan sesuai yang digariskan Tuhan, ia sosok sakti tanpa tandhing, namun karena ia tercipta dari Mala atau penyakit maka ia mempunyai watak yang buruk, begitupun manusia, harus mempunyai watak (hati) yang baik dengan menghilangkan Mala (penyakit hati) agar keteguhan dan kekuatan yang ada pada diri manusia dapat digunakan untuk kebaikan kepada sesama, dan menjalani takdir secara ikhlas sesuai kehendak Tuhan Yang Maha Esa"

Hendaknya pelajaran penuh makna ini dapat diresapi oleh seluruh peserta yang mengikuti kegiatan tata sungging tersebut, sehingga dapat membedakan perwatakan baik buruk, rasa ikhlas dan legawa terhadap kehidupan.