Ketika Musik Jazz dan Budaya Lokal Menyatu di Gilangharjo

22 November 2018 10:26:45 WIB

Ketika kita berbicara tentang musik Jazz, yang terbesit di dalam benak pastilah alunan musik komtemporer dengan berbagai macam alat musik dan barisan nada kompleks. Tak sedikit pula yang menganggap Jazz adalah musik yang rumit dan diperuntukkan para pendengar kelas atas. Tapi tidak dalam festival Jazz Yogyakarta, Ngayogjazz ini. Karena konsep yang diusung adalah untuk memperkenalkan musik ini kepada masyarakat.

Berbeda dengan konsep pertunjukan Jazz lain yang selalu eksklusif dengan harga tiket selangit, Ngayogjazz bisa ditonton tanpa harus membayar tiket alias gratis. Sebagai gantinya, para penonton dianjurkan untuk membawa buku tulis atau buku bacaan anak untuk kemudian disumbangkan, tapi itu pun tidak diwajibkan. Alhasil, sejak pagi di hari Sabtu 17 November itu, Desa Gilangharjo sudah ramai dikunjungi para penonton, baik mereka yang ingin menunggu pertunjukkan musik Jazz maupun mereka yang ingin sembari piknik menikmati tata lokasi pertunjukkan yang cukup menarik untuk berfoto ria.   

Tidak hanya pertunjukan musik Jazz, festival ini juga menampilkan berbagai kesenian tradisional yang ada di Desa Gilangharjo seperti Sendra Tari, Panembrama, Reog, dan Gejog Lesung. Untuk mengakomodasi setiap pertunjukan dan banyaknya penonton yang datang, ada tujuh panggung berbeda yang disediakan di sekitar situs bersejarah Selo Gilang, Kauman Gilangharjo.

Meski puluhan ribu penonton datang memadati festival ini, suasana tetap kondusif dan semua orang menikmati setiap rangkaian acara. Hal ini karena sangat terkoordinirnya acara dengan kerjasama yang bagus antara panitia penyelenggara acara Ngayojazz dan warga masyarakat.    

Komentar atas Ketika Musik Jazz dan Budaya Lokal Menyatu di Gilangharjo

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas