Frekuensi Kebaikan

Administrator 14 Februari 2019 13:49:28 WIB

Oleh : Cornelia Ari Kristiani 

Semoga bisa menginspirasi...

Kemarin , saya memutuskan mengajak Bonar dan Joa anak - anak saya dalam kegiatan saya di dusun Karangasem , Ndlingo . 
Kebetulan kemarin kami membuat acara mancing ikan bersama di dusun tersebut. 
Anak - anak saya seperti anak yang lain sangat menyenangi kegiatan di alam terbuka . 
Joa nampak lebih telaten dalam menunggu pancingnya. Bonar lebih suka berjalan - jalan di sekitar lokasi acara. 
Bon mengamati macam - macam tumbuhan , binatang , mengomentari penduduk yang sangat ramah .
Saat Bon memutuskan untuk duduk di pinggir jalan dan entah apa yang sedang dia pikirkan saat itu , nampak beberapa ibu berjalan menuruni jalan aspal di depan Bon duduk. 
Ada satu ibu menghampiri , tas plastik yang dibawanya ditaruh dekat Bon. Mereka nampak berbincang. 
Saya berjalan mendekat , nampak wajah beliau penuh keringat dan gosong terbakar matahari namun tidak mengurangi karisma cantik dan ramahnya. 
Saya mendengar Bon beberapa kali mengucapkan kata terimakasih . Ibu tersebut menawarkan makanan yang dibawanya. "Telur ya?" Bon menjawab , " Ehm.. iya deh.. terimakasih sekali bu." 
Tapi kenyataannya bukan hanya telur yang diberikan . Ada lemper dan pisang juga. 
" Ini , telurnya dua ya?" " Dimakan ya?" 
" Kalau lapar ayo ke rumah ibu , ada sayur dan lauk masakan tadi pagi ."
Saya menghampiri mereka dan mendapat tawaran makan siang yang sama. 
Rumah beliau cukup jauh buat ukuran saya. Jalan di dusun tersebut naik turun dan bahkan banyak tanjakan. Dan itu tidak mengurangi beliau untuk menawarkan makanan yang didapat dari "nyumbang". 
Kami berbincang sebentar , sungguh saya ingin memeluk beliau. Saya berhutang teladannya untuk anak saya Bonar. 
"Bu terimakasih sudah memberi anak saya makanan , ibu sehat ya." 
Senyum beliau tampak lebar dan tulus. 
Matanya berbinar dengan kebaikan , sayang sekali beliau tidak bisa lama bersama kami. Jalannya cepat dan seperti tidak pernah kehabisan nafas. 
" Mama , orang sini baik - baik ya?"
Bonar spontan segera menanggapi. 
" Mama mau makanan yang mana?" 
Sembari berbagi makanan , kami berbincang tentang di dunia yang penuh dengan bermacam perilaku manusia ini masih banyak orang - orang yang baik. 
Bonar juga melupakan kewaspadaannya tentang menerima makanan dari orang asing. Kami tertawa menyadarinya. Ibu tadi juga bahkan tidak mengenal kami. Tapi hal tersebut tidak menghalangi beliau berbuat baik. 
Lalu aku sedikit bergurau , mungkin karena kami orang baik juga jadi orang baik mendatangi kami. 
Haha .. iya! Ini tentang frekuensi . 
Kebaikan itu sungguh terasa dan mudah dibagikan. 
Bahkan melalui hal - hal sederhana tanpa kita harus bertanya dulu apa sukumu , apa agamamu , apa pilihan politikmu dan hal - hal lain yang sering menghalangi kita untuk berbagi hal baik. 
"Hari ini istimewa ya Bon?" 
" Iya mama, aku senang bisa bareng mama , tidak bermain di sekolah sama teman - teman tapi aku banyak ketemu orang baik , makasih mama."
Entah pelukan Bonar yang keberapa dalam sehari itu , sangat terasa dia belajar untuk bersyukur. 
Dan memang sangat layak kami bersyukur.
"Puji syukur kepada Allah atas hari yang indah." 

Komentar atas Frekuensi Kebaikan

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas