Banjarwaru Bersyukur Berwadahkan Panjang Ilang Di Merti Dusunnya

11 Juli 2019 11:09:16 WIB

Masyarakat Pedukuhan Banjarwaru Kelurahan Gilangharjo, Kecamatan Pandak Bantul Yogyakarta hari ini , hari Rabu Legi (10/07/2019) mengadakan upacara tradisional bersih dusun yang lebih dikenal dengan istilah "Merti Dusun" , dengan berbagai rangkaian acara dimana acara puncaknya adalah doa bersama dalam kenduri dengan sarang panjang ilang , kirab gunungan lanang wadhon memutari dusun, dan pengajian pada malam harinya. 


Tradisi ini merupakan salah satu bentuk syukur warga masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan limpahan berkat serta rezeki. Salah satu bentuk ucapan syukur tersebut di wujudkan dengan adanya gunungan ( gunung - gunungan ) yang berisi berbagai hasil bumi, seperti sayuran dan buah-buahan , makanan tradisional yang menjadi salah satu wujud sesajian selamatan ( dalam bahasa Jawa disebut sajen) yang konon khusus dibuat untuk disajikan dalam selamatan negara . 


Gunungan lanang wadhon karya warga Banjarwaru nampak gagah diarak mengelilingi dusun diiringi para pemain reog yang nantinya setelah didoakan gunungan tersebut akan di perebutkan oleh warga Banjarwaru dan tamu - tamu undangan. 


Dihadiri Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, perwakilan dari Kecamatan Pandak, lurah Gilangharjo bapak Drs. Pardiyono , para perangkat desa , Polsek Pandak , Koramil , Dinas kebudayaan dan warga tentunya, Merti Dusun Banjarwaru sangat terasa semangat kebersamaan dan semangat melanggengkan budaya adiluhung Jawa. 
Merti dusun merupakan kearifan lokal yang sudah turun temurun ada , seiring waktu dan perubahan jaman , menjadikan acara ini punya banyak bentuk di masing- masing daerah, dan ubo rampe atau alat - alat pelengkap yang digunakan juga menyesuaikan jaman. 


Akan tetapi Merti Dusun yang digelar di Dusun Banjarwaru ini sungguh istimewa. 
Seperti disampaikan bapak Pambudi selaku salah satu pelaksana Merti dusun dan warga Banjarwaru ini , " seluruh warga terlibat , sejak persiapan bersih - bersih dusun sampai acara inti kenduri , kirab dan kenduri bersama kami menggunakan sarang panjang ilang, warga masyarakat dan tamu undangan diberikan hiburan tari - tarian dan kesenian reog." 
"Kami juga tidak memakai plastik." Imbuhnya. 


Satu acara desa yang layak dilestarikan, mengingat banyaknya aspek dan nilai baik yang diusung. Mengingatkan kita bahwa para leluhur kita dengan kearifan lokalnya sudah menganut adab ramah lingkungan , sangat menjaga alam dan memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya. 


Panjang ilang sendiri adalah nama keranjang yang terbuat dari anyaman janur. Memiliki gantungan ujung janur sisa dari yang dianyam, yang disatukan pada satu simpul di bagian pucuk atasnya. Gunanya untuk wadah aneka makanan dan sesaji dalam kelengkapan ritual tata adat Jawa. 


Seiring dengan kemajuan zaman, keberadaan panjang ilang makin ditinggalkan. Kebisaan membuat panjang ilang makin langka ditemukan. Karena hanya sejumlah kecil warga yang bisa membuat membuat panjang ilang, biasanya hanya warga - warga sepuh yang masih bisa membuatnya. Dengan acara ini semoga saja pelestarian kearifan lokal sarang panjang ilang bisa terwujud. Karena generasi muda akan mengenal panjang ilang beserta manfaatnya. Akan lebih baik lagi ketrampilan pembuatan panjang ilang ini diajarkan pada kursus seni merangkai janur untuk para generasi muda. 


Dalam buku Bauwarna Adat Tata Cara Jawa (Karya Drs R Harmanto Bratasiswara, terbitan Yayasan Suryasumirat, Jakarta), menyebutkan, minimal ada lima fungsi panjang ilang dalam ritual upacara adat Jawa. Pertama, sebagai wadah sesaji buwangan (bucalan) yang dilakukan orang hajatan. Sesaji itu, kemudian dibawa ke tempat petilasan leluhur yang dianggap sakral, sebagai penghormatan kepada cikal bakal leluhur pendiri desa. 


Kedua, sebagai wadah srasahan pengantin. Ketiga, untuk wadah sesaji dalam ritual ruwatan. Keempat, sebagai wadah bekal makanan para prajurit keraton . Kelima untuk tempat hidangan tamu - tamu terhormat di keraton. 


Dan hari ini panjang ilang menjadi bagian di Merti Dusun warga Dusun Banjarwaru, sebagai wadah berkat yang akan dinikmati warganya. Ini adalah simbol dan bermakna manusia hendaknya kembali ke alam. 


Selain itu warga dan tetamu menikmati hidangan kembul bujana, makan bersama dengan takir daun yang berisi nasi gurih , ayam ingkung suwir dan sambel gepeng. Ini adalah lambang semangat guyub rukun dan bersatunya masyarakat Dusun Banjarwaru. 


Kegiatan Merti Dusun yang panitianya diketuai bapak Supriyanto ini bisa dikatakan layak menjadi inspirasi bagi daerah lain. Karena selain benar - benar menggunakan tata cara, adat istiadat turun temurun dari nenek moyang yang sarat makna , juga bisa menciptakan kerukunan antar warga , semua rangkaian acara dilakukan bersama melibatkan semua komponen masyarakat dengan semangat gotong royong . 


Seperti kita ketahui banyak dusun di Yogyakarta dan Jawa Tengah membuat acara Merti Dusun dengan menekankan nilai bersyukur . Beberapa daerah ada yang memanfaatkan merti dusun untuk mensyukuri panen, jadi pelaksanaannya setelah panen raya. 


Untuk dusun Banjarwaru sendiri , pemilihan waktunya adalah hari Rabu Legi setelah bulan Syawal. Bisa ditangkap makna yang terkandung , warga Banjarwaru bersyukur setelah saling bermaaf-maafan di bukan Syawal dan memulai hal baru dengan lebih baik. {Rins} 

Komentar atas Banjarwaru Bersyukur Berwadahkan Panjang Ilang Di Merti Dusunnya

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas